PALEM PUTRI
Temaram senja mulai menyapa pucuk
daun seantero sekolah ini. Pun juga dedaunanku. Angin bertiup samar. Tak kurasa
hembusannya di sekujur batang tubuhku. Musim kemarau rupanya masih tak ingin
pergi. Trembesi tua di seberangku mulai meranggas. Daunnya berguguran satu demi
satu, menyisa kuncup beberapa helai yang masih hijau.
Langit jingga yang akan segera
berganti gelap membuat mereka, para makhluk astral tak kasat mata memulai
aktivitasnya. Tahukah anda, para pembaca yang budiman, saat senja berganti
malam, sekolah ini bukanlah seperti yang anda lihat di pagi hari. Sebuah real estate mewah nampak begitu
mengagumkan, alih-alih sebuah bangunan sekolahan. Lampu sorotnya terang
benderang. Kelas-kelas itu berubah menjadi perumahan elit berkonsep minimalis
modern yang ditata apik menawan.
Kompleks perumahan Castle Estate namanya. Membentang dari
pintu timur hingga pintu komposting. Dan disini, di tempatku berdiri, tepat di
kaki jajaran pohon palem putri, Cafe “Caste” buka mulai jam 6 sore hingga jam 4
pagi.
Di meja nomor tujuh, empat
kuntilanak ABG sedang merayakan girls day
out. Meja mereka penuh aneka makanan khas remaja kekinian. Ada cacing
crispy, burger kroto, mie setan kelabang, bakso mercon ulat, dan jus darah. Gelak tawa mereka sampai terdengar ke lampu
merah depan jalan. Seru sekali. Aku penasaran apa yang mereka rumpikan.
“Gais, kalian tau ga. Mulai besok,
sekolah ini tutup. Semua anak manusia daring. Dan itu ga tau sampai kapan. Bisa
jadi setahun kedepan.” kata Marimar, kuntilanak ABG yang berambut panjang
terurai hingga lantai.
“Beneran? Serius? Omaigat! Kita bisa
party sepanjang hari, donk. Yippiii...!” Corazon berseru gembira. Dia
satu-satunya kuntilanak ABG yang
rambutnya di cat pink!
“Emang ada apa, Mar? Guru-guru
manusia ada rapat? Study Tour?” kali
ini giliran Daniela kepo.
“Ah kalian ini out of date banget, sih?” Rosangela ga mau kalah. “Virus Corona
sudah sampai ke negara kita, Indocastle. Di Kabupaten Castelica kita ini aja
sudah 53 korbannya. Kamu tau Pak Armando Guiterezz? Yang tinggal di Castle Estate blok CA itu kemarin sudah
dijemput ambulance dengan petugas ber-APD.”
Mereka berempat asyik ngerumpi
hingga akhirnya lonceng jam di aula besar berdentang di angka 4 pagi. Tuh kan,
dasar cewek. Kalo sudah ngumpul, suka lupa waktu. Tumben kali ini rumpiannya
bermutu. Padahal biasanya semua keluarga besar sekolah ini dighibahin. Mulai
dari pak satpam gerbang depan, guru-guru, siswa-siswi, karyawan TU, tukang
kebun, OB, sampai ibu kantin semua dilalap habis. Sungguh betapa Tuhan Maha Pencipta
yang hebat segalanya. Mulut dipakai ngomong enam jam tak ada habisnya kok masih
sama bentuknya. Tidak keriting, ndower, ataupun lumutan.
***
Semburat sinar surya malu-malu
menampakkan rupa. Langit yang tadinya gelap, perlahan terang, menghapus malam
yang tengah naik ke peraduan. Tak menunggu waktu lama, matahari kelihatan dari
kejauhan. Namun sekolah ini tetap saja sepi. Aku sudah siap menyongsong
kedatangan anak-anak manusia, siswa-siswi SMA Negeri 1 Puri. Hingga siang tak
satupun anak manusia datang. Lapangan upacara sepi. Kelas-kelas senyap. Aula
kosong. Kantin melompong.
***
Sekian purnama sudah aku
kesepian. Tak ada celoteh, rumpian, canda
ria, gelak tawa, ataupun isak pilu, yang biasanya kerap kudengar. Aku rindu.
Sangat rindu. Tak bisa kubayangkan rasanya belajar sendiri. Meskipun teknologi
sudah sedemikian maju, namun tak ada yang bisa mengalahkan peran guru. Pembelajaran
jarak jauh sangat bergantung pada konsep cara belajar mandiri. Guru membuat
modul, merekam video, atau memberikan
link youtube materi pembelajaran. Kemudian dibagikan di grup whatsapp, lewat
google classroom, ataupun quipper school. Dan kupikir model seperti ini hanya
dapat diterapkan pada pembelajar dewasa. Mahasiswa misalnya. Namun di tingkat
dasar dan menengah, peran guru mutlak diperlukan. Sangat malah. Darimana mereka
belajar karakter disiplin, tanggung jawab, toleransi, saling menghargai, jika
hanya bertemu di dunia virtual saja. Mereka butuh sosok guru yang tak hanya
menerangkan materi pelajaran, namun juga mengarahkan, membimbing, dan membina
sikap peserta didik agar cerdas dalam berpikir, bijak dalam bertindak, serta
dewasa berperilaku.