Minggu, 30 April 2023

camp 2023 - day 22 (29 april)


Wu Zetian, Maharani yang Mempesona


Sore itu langit nampak gelap. Awan hitam terlihat begitu setia menemani angkasa. Tak ada kata cerah terukir selama beberapa hari terakhir. Mendung membawa gerimis perlahan kembali membasahi jalanan kota Chang'an. Angin dingin berkali-kali menyergap. Rumah-rumah penduduk sepi. Semua ingin meringkuk dalam hangatnya perapian ditengah ruangan. 

Didalam kamarnya, Wu Hao menyentuh lembut hanfu indah yang baru diberikan sang ibu. Pakaian khas perempuan zaman dinasti Ming itu terbuat dari sutra asli. Ini adalah hanfu terbaik dari sekian banyak yang ia miliki. 

Nyonya Yang, sang ibu, membantu putri tercintanya mengenakan hanfu. Disisirnya rambut hitam panjang bergelombang dengan mata berkaca-kaca. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tiga belas tahun sudah, namun rasanya masih seperti kemarin sore saja. 

"Mama, kenapa menangis? Aku berangkat ke istana bukan karena menjemput ajal. Tapi sebaliknya, ini adalah awal hidupku. Mama tak usah bersedih. Sekarang statusku memang hanya sebagai selir kelima kaisar. Namun beberapa tahun yang akan datang, aku akan menjadi ratu penguasa seluruh daratan Tiongkok." Mantap penuh percaya diri Wu Hao menenangkan sang mama.

Nyonya Yang tersenyum tipis. Dia paham betul apa arti seorang selir raja. Putrinya yang masih belia akan bersaing dengan puluhan selir lainnya, memenangkan hati kaisar Li Shimin. Dan saat sang pemimpin dinasti Tang itu mangkat, semua selir akan menjalani sisa hidupnya di biara suci hingga maut datang menjemput. 

 Wo Hao 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar