Kelas x SMA aku pendiam dan duduk di bangku paling depan. Tak banyak cakap, tak banyak kawan. Aku selalu fokus belajar memperhatikan bapak ibu guru di depan kelas.
Ada satu mata pelajaran yang sedikitpun bisa kupahami. Entah mengapa. Jika kutelisik lebih jauh, apakah karena faktor gurunya? Gurunya terlalu pintar untuk ukuran aku yang bodoh. Penjelasannya tak dapat dimengerti. Jangankan menjelaskan, bicaranya pun tidak kudengar jelas. Aku selalu dapat nilai jelek di raport. Padahal bapakku adalah guru di mata pelajaran yang menjadi momokku. Iyaaa anda benar.. pelajaran fisika !!!
Kelas x aku hanya bisa menduduki peringkat 6. Namun aku masih bersyukur karena masih sepuluh besar.
Kelas XI tiba. Aku merasa rendah diri karena teman-teman lain seperti nya pintar semua. Jika kelas X aku bertemu fisika, maka di kelas XI aku berjumpa dengan ekonomi, yang gurunya bersuara keciiiilll sekaliiii. Mungkin semut pun bisa DP alat bantu dengar. Hanya disuruh mengerjakan LKS pula. Tanpa dijelaskan sedikitpun. Yaaa sudahlah aku pasrah kemana nasib akan membawaku.
Kelas XII. Tibalah waktunya penjurusan. Oleh wali kelas ku, aku didata masuk ke jurusan IPA. Aku menolak mentah-mentah. Tapi beliau malah berkata kamu ini aneh siswa lain malah minta masuk IPA tapi nilainya tidak cukup. Kamu tinggal masuk saja kok malah pilih IPS.
Bagaimana bisa aku pilih jurusan IPA jika bertemu fisika saja sudah bikin sakit kepala. Belum lagi kimia dan matematika. Seminggu bisa dua hingga tiga hari bertemu pelajaran yang tak Kusuka.
Daripada aku darah tinggi di usia muda, aku harus masuk IPS saja. Dan disanalah aku menemukan jiwaku seutuhnya. Tiap hari santai...Senda gurau....serius dikit...belajar lagi... Semua mengalir tanpa beban. Apalagi bertemu dengan teman yang sama vibes nya.
Kelas XII IPS. Aku menikmati masa indahnya SMA. Pelajaran yang tak aku suka minggir dari peredaran dunia. Ah... benar-benar surga...
Namun dua bulan menjelang kelulusan, ada kabar duka. Matematika tetap menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Alamakkk...hhh...
Teman temanku gerudukan mendaftar PMDK di guru BK. saat kutanya mau daftar jurusan apa, mereka jawab HI aja yuk. Kayaknya jurusannya bagus dan keren. Ya sudahlah, secara gerudukan pula aku dan para besti mendaftar di universitas yang sama. Namun.... Siapa sangka jika ini adalah awal perpisahan kami? Saat pengumuman tiba, hanya nama ku saja yang terpampang lolos seleksi PMDK.
Akhirnya aku terdampar disebuah kota nun jauh disana. Bapak ibu dan adik-adik mengantarku mendaftar ulang hingga mencari kosan.
Menjadi anak kos bukanlah hal yang mudah pada awalnya. Rasa takut, kangen rumah, kesepian, selalu menghantui hari-hari ospek. Mau pulang kok jauh dan capek. Kalau tidak pulang kangen. Jadi harus bagaimana donk??? Hanya tangis malam yang bisa meredakan rinduku pada bapak ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar