Kepalaku pening berdenyut-denyut. Saat membuka mata semuanya masih gelap gulita. Kuputuskan untuk menutupnya lagi. Lalu samar kudengar sebuah suara.
"Paulina. Bangun...apakah kaubsudah sadar?"
Suara ini, moment ini. Ya. Aku pernah mengalaminya. Seperti dalam mimpi saja. Aku mengulang kembali kejadian yang sudah kualami dalam mimpi.
Suara laki-laki itu bukan suara ayah. Dia penolongku.
Perlahan kubuka mata. Samar kulihat sosok pria duduk disamping tempat tidurku, menggenggam erat tanganku.
Itu adalah....
Joni. Manusia yang selama ini kubenci.
"Assalamualaikum mama... Ini Paulina sudah sadar."
Joni segera video call mama.
"Alhamdulillah sayang. Bagaimana kabarmu? Kau sudah sadar?"
Rentetan pertanyaan mama hanya kujawab dengan anggukan dan senyuman.
Tak kusangka Joni akan seperti ini padaku. Ternyata dia sosok lelaki idaman. Tapi, dia sudah punya tambatan hati. Ya. Mungkin memang dia bukan jodohku. Biarlah takdir saja yang memutuskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar