Sabtu, 30 April 2022

AKU MAU PULANG - fiksa (fiksi nyata)

 

AKU MAU PULANG

 


 

20 Januari 2017

 

 Hari ini ada pengumuman penting. Sekolahku mengadakan study tour ke Jogjakarta. Hampir seluruh teman-temanku bersorak gembira. Dan sepertinya hanya aku yang tak menyambut kabar ini dengan suka cita.   Tapi apa mau dikata. Akhirnya aku pun terpaksa ikut juga. Tak mungkin aku berkata bahwa aku punya firasat tak enak terkait makhluk tak kasat mata.

 

 

23 Februari 2017

 

            Akhirnya saat yang ditunggu tiba. Rombongan kami tiba di tujuan pertama, kampus UGM. Semua masih berjalan biasa saja. Lancar sesuai rencana. Hanya saja, saat aku ke kamar mandi ada keanehan yang terjadi. Kamar mandi yang bisa dipakai hanya ada satu saja di aula besar itu. Yang satunya tak bisa dipakai karena rusak. Demikian ada tulisan di depan pintu kamar mandi tersebut, dan ada tanda silang merahnya. Praktis, semua antri. Saat giliranku tiba di paling akhir, aku mendengar suara keran air dari kamar mandi sebelah yang katanya rusak itu. Dan ada suara-suara yang menandakan aktivitas kamar mandi yang menghuninya. Keanehan yang hanya kusimpan dalam hati saja.

            Setelah UGM, kampus berikutnya yang dikunjungi adalah ISI, Institut Seni Indonesia. Saat bus memasuki area kampus, kulihat banyak sekali pohon-pohon besar mengililingi gedung-gedungnya. Kami diterima di salah satu aula utama. Aku melangkah menuju aula bersama teman-teman. Namun entah kenapa saat melewati salah satu pohon beringin besar yang tumbuh di depan aula, tiba-tiba tenagaku hilang begitu saja. Aku sadar betul. Aku digotong teman-teman menuju ke sebuah ruangan. Disana sudah terbaring beberapa teman yang katanya juga pingsan. Kudengar aku tiba-tiba tak sadarkan diri. Tapi aku sadar pikiranku masih utuh. Hanya saja tak ada tenaga.

            Setelah mendapat perawatan dari seksi kesehatan dan beberapa guru, aku bisa bangun dan membuka mata. Aku dipersilakan kembali ke dalam aula untuk mendengarkan pemaparan tim ISIb tentang perkuliahan disana. Ditengah acara, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil-manggil namaku. Aku menoleh kesana kemari. Ternyata diluar sana, ada teman yang melambaikan tangan dan memanggilku untuk segera keluar. Dan aku pun segera ijin meninggalkan ruangan, menuju ke arah temanku tadi.

            Aku melangkah melewati beberapa penjual makanan ringan, sebelum sampai di gedung sebelah. Aku celingak celinguk sendirian mencari teman yang tadi. Tak kutemukan seorangpun manusia disana. Aku kembali lemas tak berdaya. Untunglah didalam aula ada yang mengetahui gerak-gerikku, karena dinding aula terdiri dari banyak kaca. Mengetahui aku pingsan di luar, beberapa teman dan guru menghampiriku, membopongku kembali ke ruang kesehatan tadi.

            Saat aku siuman, mereka bertanya, “Kamu ngapain aja di gedung sebelah. Itu kan gedung kosong. Kata petugas, gedung itu dihentikan pengerjaannya sementara karena ada tukang yang meninggal di sana karena kecelakaan kerja.” Kuceritakan lambaian dan suara-suara yang memanggil namaku. Guruku kemudian merapalkan bacaan-bacaan untukku, dan meminta teman yang bersamaku untuk selalu mengajakku bicara. Jangan sampai aku diam sendiri.

            Terakhir, kunjungan kami adalah Pantai Parangtritis. Bagus. Lengkaplah sudah apa yang akan terjadi nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar