Aku
harus melakukan sesuatu. Sri Sudewi memang harus diberi pelajaran. Jika tidak,
dia akan semakin bertindak tak karuan. Apabila aku tidak tegas mengambil sikap,
maka di kemudian hari dia akan semakin kalap. Haus kekuasaan, haus kasih
sayang.
Mungkin ada benarnya usul Paman
Ndaru. Tapi apakah harus se-ekstrim itu? Pengasingan? Hal ini berarti diusir,
dibuang. Apa kata keluarga dan rakyat nanti? Permaisuri kok sampai diasingkan.
Pastilah dia berbuat salah yang tak biasa. Kesalahan apa yang membuat dia
diusir jauh dari istana? Ah, pusing aku dibuatnya.
Mungkin aku akan menjalankan opsi
kedua. Aku berencana bicara dulu dengan
Sri Sudewi. Jika dia mengakui semua perbuatannya, maka aku akan mengampuninya.
Namun dengan satu syarat. Dia tak boleh lagi berurusan dengan kerajaan,
terutama dalam hal pemerintahan. Aku tak akan lagi mengijinkan dia ikut serta
dalam kegiatan kenegaraan.
Ataukah opsi ketiga? Dia kuminta
mengundurkan diri dari posisinya sebagai permaisuri. Dia harus melepas semua keterlibatannya
dalam urusan pemerintahan. Dan mensyiarkan bahwa dia ingin menjadi biksuni,
mengisi sisa hari dengan mendekatkan diri pada Sang Hyang Widi, di Sendiki.
Dengan alasan begitu, dia akan lebih terhormat di mata rakyat.
**
“Dinda Sudewi,” panggilku saat sampai
di pintu bilik ruangannya. Yang dipanggil hanya mengangguk sambil menunduk. Kami
duduk berdua di kursi kayu ruang tengah.
“Jadi begini, Dinda. Apakah kau
telah minum rebusan dedaunan dari Paman Sora?”
Dia mengangguk.
“Aku juga menemui Paman Kebo Ireng.
Kau tentu tahu dia siapa.”
Kali ini dia agak sedikit kaget.
“Dengarkan. Aku hanya minta
kejujuran. Aku akan memaafkanmu jika kau tak bohong padaku.”
Takut-takut dia menatapku, seakan
ketahuan belangnya.
“Apakah benar, kau yang mengirim
teluh untuk Ayana?”
Kaget bukan kepalang rupanya Sudewi
mendengarku bicara blak-blakan seperti ini. Pelan dia mengangguk.
“Apakah kau tahu, mengapa kau
tiba-tiba tak bisa bicara?”
Menggeleng pelan. Dia hanya diam.
“Baiklah akan kukatakan semuanya.
Kau kirim guna-guna pada Ayana. Tapi teluhmu tak mengenainya. Dan akhirnya
berbalik arah kena si empunya. Kau tahu ada apa sebenarnya di tenggorokanmu?
Itu adalah botol kaca kecil yang hancur berkeping-keping. Seluruh bagiannya
tersangkut di tenggorokanmu. Jadi itulah sebabnya mengapa kau tak bisa
bersuara.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar