Bagian 25
MELAHIRKAN ANAK PEREMPUAN
PoV
Hayam Wuruk
Usai berpamitan pada Paman Ireng,
aku memacu kudaku kembali ke istana. Aku berpikir keras, bagaimana cara mencari
solusi dari masalah ini.
“Yang Mulia raja, kalau boleh hamba
memberikan saran, simpan masalah ini dalam-dalam. Tutup rapat-rapat. Pikirkan
dengan jernih solusinya. Jangan sampai menyakiti salah satu pihak. Ingat, kedua
istri Baginda sedang hamil tua. Tak baik untuk janin yang dikandungnya.
Bagaimanapun juga, bayi-bayi ini nantinya pewaris tahta.” Pesan Paman
Ireng.
Aku semakin bingung dibuatnya. Apa
yang harus aku lakukan pada Sri Sudewi? Disatu sisi, statusnya adalah
permaisuri. Aku kadang membutuhkan bantuannya dalam pemerintahan. Kuakui, dia
wanita yang hebat di bidang itu. Dia juga belajar dengan cepat. Diplomasinya
bagus. Komunikasinya jempolan.
Disisi lain, aku sangat mencintai
Ayana. Bersamanya aku bisa mengaruhi samudera kehidupan setelah kepergian Dyah
Pitaloka. Apalagi aku baru tahu bahwa Ayana berlatar istimewa.
“Baginda Raja, izinkan hamba
menyampaikan saran,” Paman Ndaru, penasihat istana, berkata.
“Silakan, Paman.”
“Bagaimana kalau Paduka melakukan
hal yang sama seperti Gajah mada?”
“Maksud Paman?”
“Bicaralah pada permaisuri. Katakan
anda telah mengetahui semuanya. Yang Mulia mengampuninya dengat syarat, dia harus
bersedia melakukan ritual “Pembersihan Diri” di daerah Sendiki, Malang Selatan,
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar