Rabu, 20 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 24

 

Bagian 24

 


 

 

MURKA RAJA

 

PoV Hayam Wuruk

 

            “Yang Mulia, permaisuri Paduka Sori  mencari Baginda,” kudengar suara pengawal di depan pintu kamar.

            Tak biasanya Sri Sudewi mencariku. Ada apa? Tak pernah sekalipun dia membutuhkan aku. Dia hanya menemuiku jika ada sesuatu hal yang diinginkannya. Bahkan usia kehamilannya yang mulai menua tak  sedikitpun membuat dia kelelahan. Seperti baterai energizer saja.

            “Ka..Ka...,” ucapnya gagap saat aku membuka pintu.

            “Iya ada apa, Dinda?” Seribu tanya berputar di kepalaku mendengar dia tak lancar bicara.

            “Ka...Kang...Mas...Ra...Ra..ja...A...a...ku...” dia panik sambil memegang lehernya.

            “Berhenti bicara! Pengawal! Lekas panggil tabib istana! Suruh datang saat ini juga ke bilik Paduka Sori. Sekarang!!!” segera kuperintahkan pengawal ke Paman Sora, tabib istana.

            “Dinda, mari kita ke ruanganmu,” kuajak Sri Sudewi kembali ke kamarnya.

            Tak seberapa lama kemudian tabib datang dan memeriksa nadi Sri Sudewi.

            “Tak ada hal yang aneh, Yang Mulia. Semuanya baik. Kondisi permaisuri bagus. Janin yang dikandungnya juga sehat,” Paman Sora berkata.

            “Tapi kenapa dia tak bisa bicara, Paman?” aku semakin penasaran.

            “Mungkin permaisuri mengalami Insidental Stuck, Baginda. Kondisi tiba-tiba yang membuat orang tak bisa bicara. Hamba akan coba rebus beberapa dedaunan untuk obatnya. Ditambah dengan beberapa hari istirahat, permaisuri akan segera pulih. Baiklah, hamba undur diri dulu,” lanjut tabib Sora.

            “Baiklah, kamu boleh pergi, Paman Sora. Terima kasih atas bantuanmu.” aku mengantar kepergian Paman Sora hingga ke pintu.

            “Yang Mulia, kalau boleh hamba menyarankan, bertanyalah pada Kebo Ireng, dukun istana. Saya curiga penyakit permaisuri ada kaitannya dengan ilmu hitam,” sambil berjalan beriringan, setengah berbisik Paman Sora berkata sembari melirik kiri kanan, seperti takut terdengar orang lain.

            Hemmm...Ada apa lagi ini? Permaisuri diguna-guna? Mengapa? Siapa? Seribu tanya segera bergelayut di pikiranku. Aku sungguh tak suka jika berhadapan dengan masalah yang tak bisa diurai dengan logika.

            “Pengawal! Siapkan kuda! Ikuti aku!” Kuperintahkan beberapa pengawal mengikutiku.

            Aku segera memacu Si Putih, kuda kesayanganku. Kami mengendarai kuda menuju daerah Selatan, menuju kediaman Paman Kebo Ireng. Dia adalah dukun kerajaan sejak era ibuku, ibunda ratu Tribuana Tunggadewi, memerintah Majapahit ini.

            “Paman Ireng, ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan padamu,” ucapku saat dia menyambut kedatanganku.

            “Siap, Yang Mulia. Hamba sudah mengetahui maksud kedatangan Paduka Raja. Kita bicara di dalam, Baginda. Silakan.” Paman Ireng memilin kumisnya sambil menatapku tajam, memperilakan aku masuk.

            Sejenak aku lupa bahwa dia adalah Paman Kebo Ireng, dukun istana, yang terkenal sakti mandraguna. Tentu saja dia tahu segala hal tanpa kita mengatakannya.

            “Sri Baginda, hamba akui. Yang Mulia sungguh cerdas sekali. Buktinya, anda langsung datang kesini. Yang anda pikirkan memang benar. Permaisuri terkena guna-guna.”

            “Siapa yang berani melakukannya, Paman?” Emosiku sudah sampai ke ubun-ubun. Kurang ajar sekali dia berani mengganggu anggota keluarga kerajaan.

            “Sabarlah, anakku. Dengarkan dulu penjelasanku. Ini sebenarnya adalah ulah dari permaisuri sendiri. Awalnya, dialah yang mengirim teluh untuk Ayana, selirmu. Tapi karena Ayana ini bukan wanita biasa, guna-guna ini berbalik arah mengenainya.” Panjang lebar Paman Ireng mengurai masalah ini.

            Aku hanya bisa menghela napas dalam dan menepis emosi. Siapa yang menyangka, bahwa Sri Sudewi ingin menyingkirkan Ayana? Bertemu muka saja mereka tidak pernah. Menyapa apa lagi.

            “Paduka, apakah anda tahu? Ayana itu ilmunya bahkan hampir menyamaiku. Dia menguasai ilmu “Mantra Sakti Sukma” yang tak sembarang dikuasai manusia. Bahkan seorang raja besar seperti anda, bukan tandingannya. Jadi jangan pernah merehkan Ayana, meskipun statusnya hanyalah “selir raja.” Selama ini dia menyembunyikan semuanya dari Yang Mulia. Namun satu hal yang hamba tahu pasti. Ilmu Ayana adalah ilmu putih. Artinya, dia wanita yang baik. Jangan mengecewakannya. Sebab jika dia sakit hati, sekali saja, maka Majapahit akan binasa.”

            Aku hanya mampu terbengong-bengong saja mendengar penuturan Paman Kebo Ireng. Sungguh, aku tak pernah menyangka Ayana berlatar belakang istimewa. Dan aku terkejut bukan kepalang, saat tahu bahwa permaisuri sendiri yang memulai semua ini. Mendidih rasanya darahku. Sri Sudewi! Akhirnya kau menampakkan wajahmu yang asli! Dia yang menabur angin, maka aku akan hempaskan badai di hidupnya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar