Rabu, 20 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 23

 

Bagian 23

 


SIAPA MENABUR ANGIN AKAN MENUAI BADAI

 PoV Sri Sudewi

 

          Dayang Manu sudah tujuh hari ini pergi melaksanakan perintahku. Bersama beberapa pengawal kepercayaan, ia menuju Banyuwangi, ke rumah dukun sakti. Semua bekal yang diperlukan telah dipersiapkan. Diantaranya yaitu 7 ekor ayam jantan hitam, kembang 7 rupa yang dipetik dari Alas Purwo (hutan angker di Banyuwangi), dan 7 macam dupa.

          Aku menunggu kedatangan mereka dengan perasaan was-was. Hatiku dipenuhi kekhawatiran, apakah Manu berhasil dalam misi atau malah kandas di tengah jalan.

          Hari ke delapan. Manu datang dengan wajah berseri-seri, menandakan kesuksesan misi kami. Dewa keberuntungan memang sedang memihak padaku. Hanya tinggal menunggu waktu, kapan teluh itu akan dikirimkan pada maduku. Rasakan kau, Ayana! Pergilah kau ke neraka! Hahaha... 

          Kamis malam jum’at legi tiba. Aku berdebar menunggu peristiwa gempar yang akan terjadi. Manu membawa pesan dari Mbah Suketi, si dukun sakti, kalau dia akan beraksi malam ini. Menjelang tengah malam, mataku semakin terjaga. Aku menajamkan telinga, ingin tahu akan ada apa. Aku dan Manu bersembunyi di balik pohon kamboja rindang yang dekat dengan bilik Ayana.

          Tengah malam telah lewat. Aku melihat Kangmas Raja dan Ayana bergandengan mesra berjalan melalui koridor istana. Darimana mereka berdua malam-malam begini?

          “Yang mulia Paduka Sori, apakah sudah tahu? Tiap kamis malam jum’at mereka berdua melakukan ritual sembahyang di Candipura. Jadi, pasti kali ini juga dari sana,” kata Dayang Manu berbisik di telingaku.

          Tak lama setelah itu, kulihat bola api terbang secepat kilat menuju atap bilik kamar Ayana. Bola api itu pecah tiba-tiba dan segera hilang tak bersisa begitu ia tepat diatas atap genteng Ayana! Mission complete!

          Aku puas dengan kerja Mbah Suketi. Pelan tapi pasti.  Aku hanya tinggal menunggu esok hari. Aku dan Manu mengakhiri pengintaian dan kembali ke kamar. Akhirnya malam ini aku bisa tidur dengan tenang. Aku memejamkan mata dan langsung terbang ke awang-awang.

          Pagi hari tiba. Kulihat cahaya matahari sudah terang saat kubuka mata. Aku bangun kesiangan ternyata. Kemana Dayang Manu? Kenapa dia tak membangunkanku.

          “Ma...nuuu!!! Ma...nuuu! Ma...,” suaraku... kenapa dengan suaraku?  Sudah kuteriakkan nama Manu sekuat tenaga, tapi kenapa kedengarannya malah seperti orang gagap yang bersuara?

          Aku panik seketika. Segera aku turun dari peraduan dan mengaca. Kuperiksa leherku. Terlihat biasa saja. Tapi kenapa aku tak bisa bersuara? Aku pontang-panting mencari Dayang Manu ke segala penjuru ruanganku. Namun Manu tak kunjung ketemu. Kurang ajar sekali dia berani menipuku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar