Bagian
22
Mantra
Sakti Sukma
PoV Ayana
Aku Ayana, dari Kerajaan Melayu. Aku
berada jauh dari sanak keluarga. Dikirim ke bumi Majapahit sebagai hadiah cuma-cuma.
Tak mungkin aku berangkat tanpa membawa bekal apa-apa. Ayah ibuku bahkan menjejali
bajuku dengan puluhan mantra. Belum lagi Sri Baginda. Beliau telah menyiapkan
kepergianku dengan jurus “Ngrogoh Sukmo” pula. Dan salah satu dari sekian
banyak bekalku adalah “Mantra Sakti Sukma,” rapalan jurus penyelamat diri.
Bola api yang pecah berhamburan di
atas atap kamar tengah malam itu adalah teluh yang ditujukan padaku. Beruntung aku
belum lelap saat itu. Jika aku sudah tidur, maka bisa dipastikan, aku terkena santet.
Segera kurapal “Mantra Sakti Sukma”
disetiap sudut kamarku. Keliling dari pojok satu ke pojok lainnya, memagari
wilayahku dengan mantra-mantra penyelamat. Sisa malamnya kugunakan untuk
bersemedi di ruangan pribadi. Kubuka indra ketujuh, untuk mengetahui siapa
biang keladi dibalik semua ini. Tak butuh waktu lama, aku bisa melihatnya. Bahwa
Dayang Manu mengendara kuda dari rumah seorang
dukun sakti di daerah Banyuwangi. Siapa lagi yang mengutus Dayang Manu kalau
bukan boss ratu? Heemmm... ternyata ini arti senyumannya selama ini. Senyuman
yang mengandung sejuta makna. Senyumaan licik dan kejam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar