Sojourner Truth
Ini adalah sebuah kisah yang kualami saat aku masih seorang budak belian di Massachusetts tahun 1797. Sebuah kisah yang pada akhirnya membuatku menjadi seorang abolisionis.
Jum'at siang di bulan Mei 1797. Langit Massachusetts biru benderang. Tak ada sedikitpun awan yang melintang. Panas matahari membuat kulitku yang gelap semakin legam.
Aku dan beberapa orang budak lainnya sedang menjemur daging yang telah dibaluri garam. Ini adalah salah satu cara mengawetkan makanan. Tugas kami sehari-hari mengurus makanan keluarga majikan, tuan James Ainsley, salah seorang pejabat di kementerian keuangan negara bagian Massachusetts.
Di rumah sebesar istana ini, ada hampir seratus budak yang dipekerjakan. Semua bekerja sesuai yang diperintahkan, mulai pagar depan hingga tembok belakang. Jumlah itu belum termasuk yang bekerja di ladang keluarga Ainsley.
Hari itu aku mendengar kabar, kalau esok pagi, tuan Ainsley akan menandai kami, para budaknya, dengan gambar roda. Kau tahu arti menandai? Itu adalah menempelkan lempengan besi panas bergambar roda, pada punggung kanan atas kami. Oh Tuhan, apa pula yang dilakukan orang-orang kulit putih ini lagi?
Setelah aku dijual kepada tuan Ainsley, kupikir majikanku yang baru ini lebih baik daripada tuan Blade. Saat menjadi budak tuan Blade, tak terhitung berapa kali ia melecut punggung kami dengan cemeti ketika ketahuan mencuri waktu beristirahat. Atau saat ia mabuk, budak seperti kami pastilah dijadikan ajang pelampiasan nafsunya.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar