Mereka yang telah tiada namun ada
Adalah sebuah tradisi di keluarga saya menjelang bulan Ramadhan, yaitu nyekar.
Nyekar, berkunjung ke makam orang tua / kakek nenek / buyut / saudara yang telah meninggal, bersama dengan seluruh keluarga, rutin kami lakukan. Bukan hanya ikut-ikutan orang-orang, tapi kami khawatir jika anak-anak tak dibiasakan sejak dini, mereka tak akan tahu dan mengenal nenek moyang nya.
Bagi sebagian orang mungkin nyekar adalah hal yang biasa, karena ya hanya itu-itu saja ritualnya.
Tapi bagi saya, nyekar di keluarga mertua sungguh bukan hal yg biasa. Melainkan perlu persiapan fisik yang kuat.
Keluarga mertua saya dimakamkan di pemakaman umum di Surabaya. Tepatnya di pemakaman dukuh Tembok dan Asem Rowo.
Makam di Surabaya selalu padat, beda dengan pemakaman di desa yang masih jarang-jarang dan ada jaraknya.
Saking padatnya, mungkin mereka bisa saling bertanya saat malaikat Munkar dan Nakir bertanya di alam kubur sana, kayak anak-anak ulangan semester.
Pemakaman di Surabaya tidak ada larangan untuk mengkijing atau memberi bangunan permanen penanda makam. Walhasil, keluarga yang empunya makam saling berlomba memasang kijing seenaknya. Ada yang disemen biasa, ada yang dimarmer, atau porselen. Bahkan ada yang dipagari besi malah.
Tinggi kijing juga berbeda-beda. Ada yang biasa, agak tinggi, dan tinggi banget.
Akhirnya, saat saya dan keluarga menuju ke makam yang berada di tengah kuburan, kami harus loncat dari satu kijing ke kijing yang lain. Dari kijing rendah ke tinggi, dari tinggi ke tanah, dan seterusnya hingga tiba ke lokasi makam yang dituju. Berkeringat sudah pasti. Senam jantung sehat, anggap saja demikian. Mungkin seharusnya dinas pemakaman mengeluarkan aturan yang tidak merugikan para peziarah, misalnya tidak boleh pasang kijing, atau cukup batu nisan saja sebagai penanda.
Kalau makam para leluhur tak didatangi rutin setiap tahunnya, bisa dipastikan akan hilang. Mungkin ditumpuk dengan jenazah lain.
Bagi sebagian orang, mereka yang sudah meninggalkan dunia ini cukup dikirimi doa saja, itupun sudah cukup. Tapi bagi saya dan keluarga, ziarah makam adalah salah satu cara mengingat mereka yang sudah tak ada, namun sebenarnya mereka masih ada, terlebih dalam hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar