Di warung kopi langgananku, aku tertunduk lesu. Kuambil gawai dan menelusuri kata kunci "tulang wangi" sambil merencanakan ide bagaimana menyelamatkan Paulina.
Satu cangkir kopi tandas. Aku memesan lagi. Masih juga otakku buntu.
"Hei, anak muda... Apakah kau memikirikan jalan menolong temanmu?" Seorang laki-laki separuh baya tiba-tiba duduk di hadapanku. Entah dari mana datangnya orang ini, aku tak terlalu ambil pusing. Namun kenapa dia tahu masalahku?
"Pak tua, bagaimana kamu bisa tahu?"
"Tubuhmu dikelilingi aura gelap, anak muda. Kekuatannya begitu dahsyat. Sedangkan kamu tak ada kaitannya sama sekali, namun terjerat. Temanmu lah yang sebenarnya butuh bantuan secepatnya. Terlambat sedikit saja, nyawa taruhannya."
Aku menyimak penjelasan pak tua dengan seksama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar