Angela hanya diam saja sambil memandangiku. Membuatku salah tingkah.
Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Sudah kubeberkan padanya perihal perjodohan antar keluarga.
"Angela, bicaralah. Setidaknya kau bisa marah. Atau memukulku. Tapi jangan diam saja, please."
Angela hanya menggeleng kepala. Kemudian menunduk dalam sambil memejam mata.
Beberapa saat kemudian, dia menghapus tangis di ujung matanya.
"Joni, kalau takdir sudah bicara, aku tak bisa lagi berkata apa-apa selain patuh pada ketentuan semesta. Jaga Paulina dengan baik. Hanya kamu, manusia terpilih yang bisa menjadi peindungnya."
"Tapi Angela, bagaimana dengan kita?"
"Sssttt... Dengarkan aku. Ini akan menjadi saat terakhir kita berbicara berdua. Setelahnya, tak ada lagi kata kita. Selesai. Joni, aku rela melepasmu pergi. Jika semua demi kebaikan, kenapa harus menolak?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar