Part one
"Anichkaaaa!!! Lariiiii!!! Cepatttt!!!"
"Maaa!!! Mamaaa!!"
Malam yang sunyi tiba-tiba gempar. Gaduh teriakan anak-anak disambung sahutan ibunya memekik menutupi langit Kiev.
Mereka anak beranak seolah tak ingin berpisah. Tidur berdekapan erat. Saling melindungi. Meski mereka tahu, peluru tak akan pandang bulu. Tua. Wanita. Balita. Sekali peluru bermuntahan, bisa dipastikan sekejap saja mereka binasa.
Anichka masih membuka setengah mata saat sang ibu berteriak memanggil namanya, menyuruhnya lari, entah kemana.
"Mamaaaa!!! Mamaaaa!!!"
Suara tangis puluhan balita memecah gulita. Rentetetan tembakan pasukan merah seakan memberi pengumuman bahwa saat itu diantara mereka ada yang resmi menjadi piatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar