Minggu, 10 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 13

 



PESONA BERBAHAYA

 

PoV Sri Sudewi

 

            Aku telah berhasil membuat Hayam Wuruk tunduk. Minimal, meskipun aku tak pernah ada di hatinya, kedudukanku sebagai permaisuri telah diresmikan dengan diberi gelar “Padukasori.” Dihadapan patih, para menteri, dan keluarga kerajaan, titel itu disematkan dalam sebuah upacara sakral.

            Aku turut pula diajak serta dalam kunjungan-kunjungan kerajaan ke berbagai daerah kekuasaan Majapahit. Diantaranya yaitu ke Sumatra, Kalimantan, Semenanjung Tanah Melayu, dan sebelah Timur Jawa. Baru kutahu bahwa yang mulia sering melakukan kunjungan ini tak lain karena beliau ingin menjalin hubungan dekat dengan rakyatnya. Pantas saja dimanapun kami datang, rakyat mengelu-elukannya.

            Yang mulia baginda juga membiarkanku ikut dalam sidang pengadilan kerajaan. Aku melihat langsung bagaimana arifnya dia memimpin jalannya sidang, dan membuat keputusan. Hukuman ringan, sedang, dan berat benar-benar dipertimbangnkan dengan bijak. Semakin lama mengikuti keseharian sang raja, aku semakin paham apa saja tugas dan peran seorang raja.

            Aku belajar semuanya dengan cepat. Sejak kecil, aku telah terbiasa berpikir di ranah pemerintahan. Mungkin karena aku tinggal di llingkungan istana, belajar dengan guru-guru terbaik kerajaan, dan sering membaca di perpustakaan. Sekarang, semua teori yang dulu hanya bisa bersemayam di kepala, kini kuhadapi di dunia nyata. Aku menuliskannya dalam sebuah diary lontar. Berisi catatan-catatan pribadiku tentang segala hal. Mulai dari isi hati hingga kecamuk pemikiran.

            Hari itu sang raja sedang sakit. Entah kenapa tiba-tiba badannya demam, panas dingin bergantian. Padahal hari itu dia sedang ada jadwal sidang pencurian ayam. Antara berangkat menuju ruang pengadilan atau tidak, kulihat dia kebingungan.

            “Kang Mas Raja, lebih baik anda beristirahat saja. Biar aku yang menggantikan di ruang sidang. Percayalah, aku akan mengeluarkan semua kemampuanku. Paduka tak akan kecewa.” Aku berkata meyakinkan.

            Karena memang sedang lemah, baginda pun menyetujui usulku. Dan berangkatlah aku, untuk pertama kalinya, mewakili maharaja, menjadi penentu kebijakan di pengadilan. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik. Ini adalah pintu pertama menuju kesuksesan selanjutnya. Dari sidang menuju pemerintahan kerajaan. Hahahaha... Hidup ini ternyata selain indah, juga sangat mudah!!!









Tidak ada komentar:

Posting Komentar