MINUMAN UNTUK SANG RAJA
PoV Sri Sudewi
Aku tersenyum puas. Acara
pernikahanku telah berjalan sukses. Lancar sesuai rencana. Pastilah Kang Mas
Raja nanti akan bangga padaku. Kuharap pelan-pelan dia mulai jatuh cinta. Yap!
Target pertama berhasil. Pelan tapi pasti. Aku akan merebut tahta kerajaan ini.
Akan kubuktikan bahwa seorang Sri Sudewi bukan perempuan sembarangan. Aku juga
bisa menaklukkan dunia. Tunggu saja waktunya!
Mungkin seharusnya aku berterima
kasih pada Putri Sunda Dyah Pitaloka. Karena kematiannya benar-benar membawa
berkah. Bukan hanya mengantarkanku menjadi permaisuri, namun sekaligus juga
menyingkirkan Patih Gajah Mada. Secara tidak langsung, pertempuran di Bubat
beberapa minggu yang lalu telah membuat dia dicopot dari jabatannya. Aku akan
coba merekomendasikan pamanku, Gajah Enggon, agar segera diangkat menjadi
penggantinya. Target kedua semoga berhasil tanpa kendala.
Target ketiga : aku harus punya anak
dari Kang Mas Raja. Karena hanya dengan begitulah aku akan bisa bertahan di
istana. Seorang keturunan raja kerajaan besar pasti akan menjadi penerus tahta
yang sah. Aku harus segera bertindak.
“Dayang, cepat kemari!” Aku
memanggil seorang dayang yang sedang menyiapkan makan malam.
“Hamba, Permaisuri,” tergopoh-gopoh
dia menemui dan bersimpuh di dekatku. Aduh, panggilan “permaisuri’” itu begitu
pas untukku.
“Lekas bawakan aku minuman untuk
yang mulia.” Aku akan mulai beraksi. Aku harus mencampurinya dengan obat
perangsang, agar malam ini dia datang. Jika menunggunya benar-benar jatuh
cinta, mau berapa lama? Aku sudah tidak tahan lagi.
Sambil menunggu dayang datang
kembali membawa minuman, aku masuk ke peraduan. Aku ingin melihat apakah kamar
pengantin raja sudah dihias oleh EO istana.
Ranjang pengantin dari besi bersepuh emas, telah diberi kelambu putih. Seprainya
berwarna senada, bersih dan telah ditaburi bunga-bunga. Wah, romantisnya! Di
sudut kamar, wangi dupa kerajaan sudah disulut. Perlahan ia mengeluarkan aroma
menenangkan. Pas sekali. Lilin-lilin kecil yang redup siap menyambut. Perfect !!!
“Minuman telah siap yang mulia
permaisuri,” dayang yang tadi menghampiriku kembali. Kuambil botol kecil yang
sedari tadi menyelip di pakaian. Kutuang beberapa tetes ke dalam gelas emas.
Warnanya yang bening, menyatu dengan minuman. Aku harus segera memberikannya
kepada yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar