PERHELATAN MEGAH
PoV Hayam Wuruk
Sudah lima jam aku duduk di
pelaminan. Prosesi sakral pernikahan telah usai. Para pendeta pun juga sudah
mengakhirinya dengan rapalan doa. Kini aku sudah benar-benar resmi menjadi
seorang suami. Kulayangkan pandang ke sebelah kiriku. Sri Sudewi, tersenyum
memandangku. Kebahagiaannya terpancar. Kuakui dia terlihat sangat cantik. Namun
entah kenapa hatiku tak bergetar sedikitpun. Darahku tak berdesir sedetikpun.
Kini tiba saatnya kami menerima doa
dan ucapan selamat dari para tamu undangan. Mau tak mau aku harus tersenyum. Senyum
terpaksa yang sebenarnya tak ingin kulakukan. Apalagi jumlah tamunya ratusan.
Bayangkan saja selama tujuh hari nanti jumlahnya berapa ribuan. Dan aku harus
menyungginkan senyuman dari pagi hingga malam. Betapa merepotkan.
Namun rupanya, hal ini tidak berlaku
untuk Sri Sudewi. Sepanjang hari, senyumnya selalu ceria. Sempat terlintas di
benakku, tentu saja dia berbahagia. Bisa jadi ini adalah momen yang sangat dia
nantikan sepanjang hidupnya. Menjadi permaisuri. Ya. Siapa yang tidak tergiur
dengan posisi ini. Disanjung. Di elu-elukan. Segala perkataannya didengar. Semua
perintahnya dituruti. Pakaian yang dikenakannya akan selalu menjadi trend masa
kini. Dan segala gerak geriknya diekspos media.
Aku tahu seluruh acara ini dibawah
kendalinya. Dan kuakui dari sisi manajemen acara dia memang handal. Dari sisi
keuangan dia sangat teliti. Aku ingin melihat sampai dimana dia berperan dalam mengatur
istana. Namun terlepas dari semua itu, hatiku belum bisa menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar