Bagian 15
SELANGKAH
MENUJU PUNCAK
PoV Sri Sudewi
Ini kali pertama aku menggantikan
baginda di sidang pengadilan. Aku harus menunjukkan penampilan terbaik. Pakaianku
sudah siap. Riasan wajah dan rambutku pas sekali. Sambil menunggu tim wardrobe mendandaniku, kubaca berkas-berkas kasus persidangan
nanti.
Kasus pembagian warisan. Lumayanlah.
Aku tinggal baca beberapa pasal Kitab Kutaramanawa. Ini kitab hukum
undang-undang yang diberlakukan sejak jaman Kerajaan Kadiri. Semua sudah mengalami
revisi, disesuaikan dengan perkembangan jaman. Jadilah Kitab Kutaramanawa edisi
terbaru ini yang dijadikan standar pengambilan keputusan di sidang pengadilan.
Aku memasuki ruang sidang dengan
langkah mantap, pasti, penuh percaya diri. Tak lama sidang segera dimulai
dengan pembacaan perkara, dan diteruskan dengan pemanggilan saksi. Aku lega
karena aku tak sendiri. Ada para upatiti (pembantu
raja di bidang hukum dan pemerintahan) yang telah siap dengan tugasnya. Jadi aku
hanya tinggal ketuk palu saja dan semuanya selesai.
Sengketa pembagian warisan keluarga kaya
raya selalu berakhir di meja hijau
karena perebutan kuasa. Kata salah seorang upatiti,
ini bukanlah sidang yang pertama. Jadi keputusan pengadilan yang dipimpin
raja, pasti sudah melalui serangkaian penyelidikan dan vonisnya melegakan.
Yap. tugasku hari ini sukses, beres.
Tentulah baginda akan semakin bangga denganku. Benar-benar tak salah dia
memilihku. Aku ini memang permaisuri yang dapat diandalkan di segala hal. Aku
akan segera menemuinya dan menceritakan pengalamanku hari ini padanya.
Aku berjalan menuju kamar baginda.
Sudah malam rupanya. Sidang pengadilan tadi tak terasa berjalan seharian.
Sayup-sayup kudengar beliau sedang berbicara. Aku melangkah pelan, ingin tahu
dengan siapa dia bercengkrama. Lagaknya seperti orang yang kasmaran saja.
Alangkah terkejutnya aku saat kubuka
pintu. Baginda tengah bercengkrama ditemani dayang istana yang baru. Ayana
namanya. Dialah yang kuberi tugas merawat baginda selama aku menggantikan peran
raja dalam urusan negara. Mendidih darahku dibuatnya. Aku capek membantunya,
dia malah bersenang-senang disini dengan wanita.
“Ayana, lekas pergi ke Istana Barat,
Ibu Suri memanggilmu!” Kataku ketus sambil meliriknya tajam.
Seketika ruangan menjadi hening. Baginda
raja terlihat tidak senang melihatku datang. Saat ditinggal Ayana pergi, dia
diam. Aku pun diam. Aku perempuan. Firasatku mengatakan bahwa baginda mulai
tertarik dengan Ayana. Satu hal yang kutakuti. Jika Ayana nanti menjadi selir
raja, kemudian dia punya anak dari baginda juga, berarti akan terjadi perang
saudara memperebutkan tahta. Anakku atau anaknya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar