Bagian 18
AYANA : SEPARUH NYAWA
PoV Hayam Wuruk
Namanya Ayana. Wajahnya ayu khas
wanita Melayu. Tutur katanya lemah lembut. Gerak geriknya halus. Aku teringat
pada Putri Dyah Pitaloka. Mereka adalah jiwa yang sama, namun terbungkus dalam raga
yang berbeda. Pada diri Ayana aku seperti menemukan kembali sosok kekasih yang
telah lama hilang. Dia mampu menyirami jiwaku yang gersang. Hidupku telah
dimulai lagi.
Sejak Ayana merawatku saat sakit
beberapa hari yang lalu, aku sering menghabiskan waktu bersamanya. Terutama
ketika melewati senja. Bagiku, memandang jingga di langit itu sama seperti
menemukan kedamaian yang selama ini kuharapkan. Angin yang berhembus bersamanya
membuat ragaku hidup.
Aku tak perlu menunggu lama untuk
menjadikan Ayana sebagai pendamping
hidupku yang kedua. Meskipun statusnya hanyalah selir raja, namun dia tetap yang
kucinta. Hanya berbekal restu ayahanda dan ibunda, aku memboyongnya dari bilik
para dayang menuju ke ruangan istana. Aku ingin memulai hidup baru seperti
layaknya pengantin baru.
Aku juga mengajak Ayana dalam
berbagai event kenegaraan di negeri
seberang. Meskipun Sri Sudewi ada di sana pula, namun kulihat dia tak terlalu
peduli. Tak pernah sekali pun kulihat mereka berdua berbincang. Dua orang
perempuan itu sama-sama saling tak acuh satu sama lain. Saling tidak menyapa. Namun
juga saking tak mengganggu. Seperti ada kesepakatan sunyi.
Sri Sudewi lebih tertarik mengurus
kerajaan dan pemerintahan. Dia aktif bertanya ini itu pada Patih Amangkubumi.
Juga pada para Upatiti. Rupanya dia
sangat menikmati perannya sebagai permaisuri. Kubiarkan saja dia berbuat
semaunya. Aku bisa memantaunya dari sekretaris pribadi kerajaan. Dia selalu
melaporkan segala hal tentang pemerintahan. Termasuk apa saja yang telah
dilakukan Sri Sudewi. Sejauh ini dia masih menjalankan visi dan misi kerajaan.
Kebalikan dari Sri Sudewi. Ayana memposisikan
diri sebagai seorang istri yang setia melayani suami. Kehadirannya menawarkan
kehangatan keluarga, dan indahnya hidup berumah tangga. Kebersamaanku dengannya
semakin sempurna saat kutahu dia akhirnya berbadan dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar