Sabtu, 16 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 19

 

Bagian 19

 


AYANA : SANG BELAHAN JIWA



PoV Ayana

 

            Tatapan sinis selalu kuterima dari maduku, Sri Sudewi, saat tak sengaja kami bertemu muka.  Tak pernah sekalipun dia mengajakku berbicara. Bahkan sekadar menyapa pun tak pernah dia lakukan. Terakhir kali dia menyuruhku merawat Sang Raja saat beliau jatuh sakit. Dan semenjak Kakanda Raja dekat denganku, dia tampak memusuhi dan menjaga jarak.

Sri Sudewi selalu menyibukkan diri dengan urusan pemerintahan. Dia aktif di berbagai persidangan dan rapat menteri kerajaan. Bersama Patih Amangkubumi kerajaan dia hilir mudik mengatur ini itu. Kakanda Raja seolah dianggap tak pernah ada. Namun sepertinya, Sri Baginda membiarkannya. Gelar Paduka Sori agaknya sangat istimewa untuknya.

            Aku tahu benar, aku ini perempuan hadiah perkawinan Kakanda Raja. Aku berangkat bersama rombongan Baginda Yang Mulia dari negeri Melayu. Pada akhirnya aku ditinggalkan disini sendiri tanpa sanak saudara. Baginda berpesan supaya aku bisa menjaga sikap, perilaku, dan diriku sendiri agar dapat diterima oleh lingkungan sekitarku yang baru nanti. Dan aku menjalankan semua perintahnya dengan baik.

            Aku tak pernah meminta aku menempati posisi selir raja. Aku hanya menjadi diriku sendiri dengan sepenuh hati. Menjaga tutur kata dan sikap perbuatan selama aku di negeri orang. Jika memang baginda raja menyukaiku, maka kuanggap itu sebuah takdir Tuhan. Aku tak berhak melarang. Namun jangan tanya apakah di hatiku ada cinta untuknya. Karena aku telah jatuh cinta bahkan jauh sebelum pertama jumpa.

            Siapa yang tak kenal Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang tersohor itu? Siapa yang tak tahu sepak terjangnya menaklukkan dunia? Hampir semua orang seantero nusantara pastilah mengetahuinya. Pun demikian dengan aku. Mengaguminya perlahan dalam lubuk sanubariku. Sampai akhirnya Raja Melayu memustuskan membawaku sebagai hadiah perkawinan untuk yang mulia Sri Rajasanagara, gelar kerajaan untuk Hayam Wuruk.

            Rasa penasaranku akhirnya terbayar lunas saat rombongan Raja Melayu menghadiri pesta pernikahan kerajaan. Sebuah pesta yang menurutku sangat mewah. Di tepi kolam segaran yang sudah dihias begitu indah, tamu–tamu dijamu dengan meriah. Hidangan yang disajikan belum pernah kulihat dan ternyata rasanya sangat lezat. Kami juga diberikan penginapan khusus untuk tamu dari jauh, barang satu atau dua hari, sekadar untuk melepas penat setelah perjalanan jauh.

            Kini akhirnya penantianku telah berakhir. Begitupun dengan Kakanda Raja yang selalu berkata bahwa dia telah menungguku sekian lama. Di kemudian hari barulah kutahu bahwa mantan calon permaisuri sangatlah mirip karakternya denganku. Dia adalah Putri Dyah Pitaloka, dari Kerajaan Sunda yang mati karena aksi belapati di lapangan Bubat. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Paduka Sori, statusnya hanyalah permaisuri pengganti, bukan yang dicintai.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar