PoV
Hayam Wuruk
Lama dia terdiam. Menunduk. Dan saat
dia menatapku lagi, air matanya telah menggenang. Kulihat putus asa disana.
Putus asa kenapa? Karena tak bisa mencelakai Ayana? Atau putus asa sebab aku
tak pernah bisa mencintainya? Sejenak aku jadi iba.
“Dinda Sudewi, mari kita menunggu
hingga anak dalam kandunganmu lahir ke dunia. Aku akan menyuruh dayang-dayang
merawatmu hingga saat itu tiba. Baiklah, aku akan mencoba memaafkanmu kali ini.
Tapi ingat, jangan diulangi lagi. Sekali saja kutahu kau bermasalah lagi. Aku
minta kau segera angkat kaki dari istana ini.”
Duh, kini aku yang seolah tak punya
hati. Tatapannya semakin memilukan hati.
Tiba-tiba dia bersujud, meminta
ampun. Air mata nya tak surut sedikitpun. Dia sangat tulus, kali ini.
**
Bulan ke-9 lebih 1 minggu. Hari yang
di nanti-nanti itu akhirnya tiba.
Seorang bayi perempuan mungil nan cantik lahir menyapa dunia. Aku menamainya
Kusumawardhani, yang berarti bunga. Aku berharap kelak saat dia tumbuh dewasa,
dia akan menjadi seperti bunga. Wangi aromanya, harum budi pekertinya. Dia sang
putri mahkota.
Selang beberapa hari sesudahnya, giliran
Ayana menambah kebahagiaan keluarga istana. Seorang putra mahkota, lahir dengan
selamat. Kunamai Wirabhumi, yang berarti pahlawan penyelamat bumi. Kelak dia
akan bahu membahu bersama saudarinya menyelamatkan Majapahit dari segala mara
bahaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar