Bagian
29
PUTRI
PERSEMBAHAN
PoV
Hayam Wuruk
“Ayanaku, kemarilah. Ikutlah
denganku. Mari kita berjalan-jalan sebentar di Taman Sari. Sore ini terlalu
indah jika dilewatkan begitu saja,” kuajak Ayana menghabiskan senja seperti
dulu.
Taman Sari ini sengaja kubuat untuk
Ayana. Dia sangat menyukai bunga. Beberapa kolam ikan dengan pancuran air turut
serta mewarnai indahnya taman yang ada di belakang istana tengah. Berbagai
tanaman dengan bunganya yang cantik bertebaran tertata apik. Tempat yang istimewa. Siapapun akan merasa
kerasan berlama-lama menghabiskan waktu disini.
“Ayanaku, coba ceritakan padaku
bagaimana masa kecilmu?”
“Ah, Baginda Raja ingin tahu apa?
Hamba ini hanya gadis biasa.”
Aku tahu dia sedang merendah. Mana
mungkin gadis biasa menguasai Mantra Sakti Sukma? Aku makin penasaran dengan
ceritanya.
Kami berjalan berkeliling taman
sambil bergandengan tangan. Para pengawal sudah kuberi pesan bahwa area Taman
Sari ini terlarang. Batas langkah kaki mereka hanyalah pintu gerbang taman. Ini
adalah area pribadi Ayana denganku.
Sambil tersenyum dan bergelayut
manja, Ayana berkata, “Hamba sejak kecil telah dipersiapkan ayah dan ibu untuk
menjadi putri persembahan, Paduka. Di
negeri kami, itu adalah cita-cita tertinggi setiap anak perempuan.”
“Menjadi putri persembahan, sangatlah
banyak persiapan. Penduduk berlomba-lomba agar putrinya lolos pada audisi.
Bukan cuma derajad orang tua yang nantinya akan terangkat, namun juga kebutuhan
finansial tercukupi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar