Minggu, 03 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 6


Bagian Enam


Sri Sudewi, bergelar Paduka Sori, sang calon permaisuri 


PoV Paduka Sori

 

            Aku memekik bahagia tatkala ibunda berkata bahwa aku akan menikah dengan Yang Mulia Sri Rajasanagara. Tak dapat kulukis dengan kata-kata betapa hari-hari yang berselimut duka kini telah sirna. Akhirnya aku akan bersanding juga dengan Sang Raja. Telah lama aku bermimpi menjadi permaisuri.

            Sebelum ini, aku tak berani bicara bahwa pada Hayam Wuruklah aku menambatkan rasa cinta. Berita dia akan menikah dengan Putri Dyah Pitaloka seolah membuat duniaku runtuh seketika. Dan aku cukup tahu diri, siapa sesungguhnya diriku. Hanya seorang saudara tiri yang tak pernah dipandang sama sekali. Bahkan aku ragu apakah dia tahu namaku. Selama ini aku hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Aku hanya bisa mengaguminya dalam diam.

            Di mataku sosok Hayam Wuruk sungguh pria sempurna. Tak hanya rupawan, namun hatinya juga menawan. Aku sudah jatuh hati padanya sejak usia belia. Aku pun selalu mengikuti kiprahnya hingga mahkota raja tersemat di kepalanya. Sejak memegang tampuk kekuasaan, dia semakin memesona.  Sikapnya yang arif bijaksana membuatnya disukai banyak orang. Meskipun naik tahta di usia remaja, namun kebijakannya tak kalah dengan para tetua.

            Meninggalnya Putri Dyah Pitaloka Citraresmi dalam aksi bela pati di lapangan Bubat membuatku tersenyum gembira. Ah, sebenarnya aku bingung harus bagaimana. Di satu sisi, aku bersuka cita karena satu pesaing mundur dengan mudahnya. Di sisi lain, aku juga berduka karena ternyata baginda raja sungguh-sungguh mencintainya.  Berhari-hari kulihat dia masih bergelung nestapa. Kehilangan kekasih hati, belahan jiwa, separuh nyawa.

Saat mendengar Yang Mulia akan menikah dengan Putri Dyah Pitaloka,   aku langsung patah hati. Sia-sia sudah penantianku selama ini. Percuma saja mencintai namun tak bisa memiliki. Perlahan kulepas rasa cintaku untuknya. Aku hanya bisa berdoa pada Sang Hyang Widi. Jika memang Kau takdirkan dia bukan untukku, maka hapuslah rasa ini. Namun apabila memang takdirku bersanding dengannya, aku akan selalu mencintainya, dan menerima bagaimana pun kondisinya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar