Minggu, 03 April 2022

TEMPIAR KASIH - Bag 7


Bagian Tujuh

Menikah Tanpa Cinta


PoV Hayam Wuruk

 

            “Yang Mulia, ibunda memanggil anda.” seorang punggawa mendekatiku.

            “Ada apa? Tak tahukah beliau kalau aku sedang berduka cita?” Tanya Hayam Wuruk.

            “Beliau tidak berpesan apa-apa, Paduka.” jawab punggawa.

            “Baiklah aku akan bersiap ke Istana Barat, menemui ibunda. Tunggu sebentar.” titah maharaja.

            Dengan dibantu beberapa dayang istana, segera kupakai jubah kebesaran raja dan menyelipkan mahkota di kepala. Dalam hati aku bertanya. Tumben ibunda mencariku. Jarang sekali beliau memanggilku seperti ini. Pastilah ada suatu hal yang penting.

            Tak memerlukan waktu lama untukku sampai di kediaman ibunda. Ya. Istana Barat, demikian namanya, terletak tak jauh dari Istana Tengah, tempatku tinggal. Istana Kerajaan Majapahit ini terbagi atas Lima bagian yang sama luasnya. Masing-masing bagian dihias ornamen sesuai yang menempatinya. Istana Tengah adalah istana raja yang sedang berkuasa. Di dalamnya terdapat balairung tempat pertemuan dengan para menteri kerajaan. Juga terdapat kolam segaran, sebuah kolam air yang sangat luas, untuk menyambut para tamu kerajaan. Istana Barat adalah tempat mantan raja dan ratu yang sudah memasuki masa purna. Istana Timur adalah tempat para keluarga raja yang lainnya. Sedangkan Istana Selatan, khusus kediaman para putri kerajaan. Dari semua bagian istana, tempat inilah yang paling istimewa, karena dilengkapi dengan pemandian luas dilengkapi pancuran air di berbagai penjuru. Dan terakhir, Istana Utara. Tempat ini adalah kediaman para putra raja ditempa. Mereka dipersiapkan menduduki pos-pos penting kerajaan.

            “Ya ibunda. Ada apa mencari ananda?” tanyaku ingin tahu.

            “Anakku, bagaimana kabarmu? Lama ibu tak melihatmu. Apakah kau baik-baik saja?” wajah ibunda terlihat cemas melihatku.

            “Kau tampak kurus. Wajahmu pucat.” ibunda mengelus punggungku.

            “Kau harus tabah, nak. Kita tidak bisa melawan takdir. Apa yang terjadi sudah ditulis oleh Sang Widi. Kita hanya manusia, hanya menjalani peran di dunia yang sudah diaturNya.” panjang lebar ibunda melipur lara.

            “Untuk menghapus kesedihanmu, ibunda telah mempersiapkan pengantin pengganti. Kau pasti sudah mengenalnya. Dia seorang putri yang tak kalah cantiknya. Apalagi dia berasal dari kerajaan kita sendiri. Dia adalah Paduka Sori.” titah ibunda bak halilintar di tengah hari.

            “Apa??? Ibunda, apakah ibunda tak salah? Aku mencintai Dyah Pitaloka. Dan aku hanya akan menikah dengannya. Aku tak akan berdiri di pelaminan jika tidak bersanding dengan dia.” emosiku naik lagi.

            “Anakku, dengarkan ibunda. Kau ini seorang raja. Dan seorang raja harus punya keturunan untuk meneruskan pemerintahan. Siapa lagi yang akan memegang tampuk kekuasaan jika kau tiada dan tak berketurunan? Please, jangan egois. Pikirkan nasib rakyat Majapahit.” 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar