Minggu, 30 April 2023

camp 2023 - day 22 (29 april)


Wu Zetian, Maharani yang Mempesona


Sore itu langit nampak gelap. Awan hitam terlihat begitu setia menemani angkasa. Tak ada kata cerah terukir selama beberapa hari terakhir. Mendung membawa gerimis perlahan kembali membasahi jalanan kota Chang'an. Angin dingin berkali-kali menyergap. Rumah-rumah penduduk sepi. Semua ingin meringkuk dalam hangatnya perapian ditengah ruangan. 

Didalam kamarnya, Wu Hao menyentuh lembut hanfu indah yang baru diberikan sang ibu. Pakaian khas perempuan zaman dinasti Ming itu terbuat dari sutra asli. Ini adalah hanfu terbaik dari sekian banyak yang ia miliki. 

Nyonya Yang, sang ibu, membantu putri tercintanya mengenakan hanfu. Disisirnya rambut hitam panjang bergelombang dengan mata berkaca-kaca. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tiga belas tahun sudah, namun rasanya masih seperti kemarin sore saja. 

"Mama, kenapa menangis? Aku berangkat ke istana bukan karena menjemput ajal. Tapi sebaliknya, ini adalah awal hidupku. Mama tak usah bersedih. Sekarang statusku memang hanya sebagai selir kelima kaisar. Namun beberapa tahun yang akan datang, aku akan menjadi ratu penguasa seluruh daratan Tiongkok." Mantap penuh percaya diri Wu Hao menenangkan sang mama.

Nyonya Yang tersenyum tipis. Dia paham betul apa arti seorang selir raja. Putrinya yang masih belia akan bersaing dengan puluhan selir lainnya, memenangkan hati kaisar Li Shimin. Dan saat sang pemimpin dinasti Tang itu mangkat, semua selir akan menjalani sisa hidupnya di biara suci hingga maut datang menjemput. 

 Wo Hao 




Sabtu, 29 April 2023

camp 2023 - day 21(28 april)


Ratu Elizabeth nya Korea

Ratu Seon Deok. Siapa yang tak kenal dirinya? Selama lima ribu tahun, sejarah Korea tak pernah dipimpin oleh wanita selain dia. 

Kamis, 27 April 2023

camp 2023 - day 20 (27 april) - Sojourner Truth


Sojourner Truth

Ini adalah sebuah kisah yang kualami saat aku masih seorang budak belian di Massachusetts tahun 1797. Sebuah kisah yang pada akhirnya membuatku menjadi seorang abolisionis.

Jum'at siang di bulan Mei 1797. Langit Massachusetts biru benderang. Tak ada sedikitpun awan yang melintang. Panas matahari membuat kulitku yang gelap semakin legam. 

Aku dan beberapa orang budak lainnya sedang menjemur daging yang telah dibaluri garam. Ini adalah salah satu cara mengawetkan makanan.  Tugas kami sehari-hari mengurus makanan keluarga majikan, tuan James Ainsley, salah seorang pejabat di kementerian keuangan negara bagian Massachusetts.

Di rumah sebesar istana ini, ada hampir seratus budak yang dipekerjakan. Semua bekerja sesuai yang diperintahkan, mulai pagar depan hingga tembok belakang. Jumlah itu belum termasuk yang bekerja di ladang keluarga Ainsley. 

Hari itu aku mendengar kabar, kalau esok pagi, tuan Ainsley akan menandai kami, para budaknya, dengan gambar roda. Kau tahu arti menandai? Itu adalah menempelkan lempengan besi panas bergambar roda, pada punggung kanan atas kami. Oh Tuhan, apa pula yang dilakukan orang-orang kulit putih ini lagi? 

Setelah aku dijual kepada tuan Ainsley, kupikir majikanku yang baru ini lebih baik daripada tuan Blade. Saat menjadi budak tuan Blade, tak terhitung berapa kali ia melecut punggung kami dengan cemeti ketika ketahuan mencuri waktu beristirahat. Atau saat ia mabuk, budak seperti kami pastilah dijadikan ajang pelampiasan nafsunya.

Bersambung


Rabu, 26 April 2023

camp 2023 - day 19 (26 april) - Ratu Isabella Spanyol


Ratu Isabella Spanyol

"Jangan sentuh adikkuuuu...!" Teriak wanita yang sudah bersimbah darah itu. Bajunya compang camping. Kerudungnya kusut masai, robek tak terperi disana sini. Wajahnya tak lagi nampak jelas, berhias warna biru lebam bekas siksaan yang terus datang bergantian.

"Diammm!!!" Hardik seorang prajurit kerajaan Spanyol. 

"Plakkk!!! Dugggg!!!" Sebuah tamparan dan tendangan kembali mendarat di muka dan tubuhnya.

Hamidah, perempuan kelahiran Granada, Spanyol, tahun 1153, dua puluh satu tahun lalu. Untuk kesekian kalinya, ia harus merelakan satu persatu saudaranya dibunuh pasukan inkuisisi. Prajurit kerajaan yang kejam berkeliaran, membantai semua warga yang beragama non Kristen. 

Muslim dan Yahudi sedang diuji. Mereka yang menghuni negeri Andalusia harus meninggalkan tanah kelahirannya. Jika ingin tetap tinggal disana, maka memeluk agama Kristen adalah syarat utamanya. Dan apabila teguh pada keyakinan semula,  pilihannya hanya ada dua. Pergi atau mati.

Mau pergi tak ada uang. Ingin bertahan namun jiwa tak bisa tenang. Meskipun keluarga Hamidah telah menyatakan siap berpindah keyakinan, namun pasukan Telik sandi dewan inkuisisi Spanyol berada dibalik setiap dinding seluruh negeri. 

Keluarga Ahmad, ayah Hamidah, salah satu dari sekian banyak muslim yang bertahan ditanah kelahiran. Keukeuh memegang teguh keyakinan. Namun dipaksa mengikis habis identitas keislaman. 

"Kami sudah menuruti apa mau kalian!!! Tapi kenapa kami masih disiksa???" Lantang Hamidah berteriak melawan penguasa.

Ratu Isabella, kebetulan sedang melintas, melihat sepak terjang pasukan inkuisisi hasil binaannya. 
Sejenak ia menoleh pada Hamidah.

"Kamu masih bertanya salahmu??? Biadabbb!!! Kau pikir aku bodoh??? Kamu sudah tercatat Kristen, sudah dibaptis pula. Tapi kamu dirumah diam-diam masih salat dan mengaji, bukan? Kau kira aku tak tahu??? Pengawal, bakar hidup-hidup wanita tak tahu malu ini!!!" Sang Ratu memekik emosi.

Api unggun dilapangan terbuka telah disiapkan sejak pagi. Hamidah langsung diseret pasukan inkuisisi, dan disungkurkan ke dalam api. Gemeletuk kayu menjilat tubuh Hamidah, dan ratusan muslim serta Yahudi. Hari itu, semesta menjadi saksi, negeri Andalusia, salah satu pusat peradaban Islam dunia telah mati.

Selasa, 25 April 2023

camp 2023 - day 18 (25 april) - Eleanor Sang Ratu Perancis


Eleanor Acquitaine

"Amaria, katakan pada pengawal, siapkan kereta kuda. Hari ini aku ingin menengok bibiku di Aquitaine." Eleanor memerintahkan perwaranya.

Hari ini genap setahun Eleanor meninggalkan tanah kelahirannya, Aquitaine, sebuah negara bagian di Perancis Selatan. Raja Louis VII menikahinya dan memboyongnya ke istana Perancis pada tahun 1137, beberapa bulan setelah Eleanor berulang tahun ke lima belas.

Kereta kuda Eleanor sarat dengan peti-peti perbekalan. Cerah ceria wajahnya saat berpamitan dengan sang suami, menuju asal daerahnya. Iring-iringan kerajaan segera bergerak perlahan menjauhi istana. Melewati jalan desa yang tampak hijau. Rimbun pepohonan menyapa rombongan. Langit biru dengan awan putih memayungi sepanjang perjalanan. Restu semesta seolah tumpah ruah diberikan.

Memakan waktu tiga hari tiga malam perjalanan dari Paris menuju Aquitaine. Tepat dihari ketiga, sore harinya, Eleanor tiba di Istana Poitiers, rumah yang penuh kenangan masa kecilnya. Sang bibi, Emerald, menyambutnya penuh suka cita. Bagi Eleanor, bibi Emerald sudah seperti ibunya, yang meninggal saat usianya sepuluh tahun. Tempat ia berbagi cerita. Padanya pula ia bebas mengatakan semua yang ada di benaknya.

"Baginda ratu, ada seseorang ingin bertemu." Seorang penjaga istana mendekat setelah memberikan penghormatan. 

"Siapa dia? Sudah lama aku tidak menerima tamu. Sejak pindah ke Perancis, aku tak punya teman lagi," Ucap Eleanor.

Seorang laki-laki berusia dua puluhan berjalan tertatih mendekat. Kaki kanannya ditopang kayu penyangga yang membantunya berjalan. Eleanor mengernyitkan mata. Dahinya berkerut, berusaha mengingat pria yang tampak tak asing. 

"Richard, apakah itu kau?" Lirih Eleanor menyapa.

"Kukira kau sudah lupa. Sejak gelar ratu tersemat padamu, gelimang harta yang kau citakan rupanya telah membuatmu buta akan cerita kita." Kata tajam menghunus bak pedang.

"Tunggu, apa maksudmu? Kau, benarkah Richard yang kukenal dulu?" Tatap Eleanor dengan mata terluka.

Richard, satria yang pernah menjalin kisah asmara dengan Eleanor, sebelum akhirnya menikah dengan Raja Louis VII.  

"Richard...kau...kau masih hidup?" Eleanor terbata.

"Kenapa? Kau ingin membunuhku lagi?" 

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak pernah membunuh siapapun. Ayah mengatakan padaku bahwa kau gugur di medan perang melawan Prusia."

Silat lidah antara Eleanor dan Richard masih berlangsung. Keduanya menghabiskan tanya yang telah lama tak menemukan jawabnya. Saat simpul kesalahpahaman itu terurai perlahan, masuklah pengawal.

"Yang Mulia Ratu Eleanor, Raja Louis sebentar lagi datang."

Jumat, 21 April 2023

camp 2023 - day 17 (20 April) - Sang Ratu Zazzau


Sang Ratu dari Zazzau

"Serrraaaaangggg.." lantang Jenderal Amina berteriak ditengah ganasnya gurun.

Ting. Ting. Hiyaaa. Crasss. Cresss. Wusss. Wusss.

Denting suara pedang saling beradu.  Anak-anak panah beterbangan dari kedua sisi. Kuda-kuda tunggangan memekik sembari mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi. 

Suasana gurun Kalahari Barat ricuh. Peperangan antara suku Zazzau dengan Ibro tengah berlangsung. Panglima perang dari Zazzau, Jendral Amina, seorang perempuan yang tangguh di medan pertempuran.

Gurun Kalahari, bukan sembarang gurun. Tak bisa disamakan dengan gurun pasir yang lain. Jika tak pintar mengatur strategi, maka pasukan seberapa banyak pun terbuang percuma. 

Jenderal Amina, yang sejak belia ikut turun ke medan laga, sangat7 matang tak hanya dalam taktik peperangan. Ia juga hebat dalam membaca tanda-tanda alam. Bisa dikata, Gurun Kalahari dan Amina bersahabat. Sang Jenderal paham betul membaca arah angin. Kemana udara akan menumbuk, kapan badai pasir menyampuk, semua dikuasainya dengan cermat.

Menghadapi suku Ibro, jenderal perempuan yang memerintah selama 34 tahun ini menerapkan siasat ala perang khandaq. Strategi perang khandaq yang pertama terjadi di jaman nabi. Yaitu taktik menggali parit. 

Rabu, 19 April 2023

camp 2023 - day 16 (19 April) - RANAVALONA


RANAVALONA

"Ampunkan hamba, Ratu Ranavalona..." Cericit Sekha, seorang dayang yang baru saja ketahuan berpindah keyakinan.

Disini, negeri kaum Malagasi, Pulau Madagaskar, memeluk agama nenek moyang adalah suatu keharusan. Tak ada yang patut disembah selain arwah para leluhur. Berkeyakinan selain aturan yang ditentukan, berarti berani melawan Sang Tiran. 

"Tiada ampun untukmu Sekha. Bagiku, siapapun yang menentang hukum negara maka ia harus sirna." Ratu Ranavalona memicing mata, memasang mimik wajah benci yang teramat nyata.

Ratu Ranavalona, seorang pemimpin wanita dari Madagaskar yang terkenal kekejamannya. Ia memerintah setelah suaminya, Raja Radama 1 meninggal dunia. Perombakan hukum terjadi secara besar-besaran dimasa pemerintahannya. 

Ratu mengusir para pedagang Eropa, guru, diplomat, dan misionaris.  Bahkan kesepakatan perdagangan dengan Inggris serta Perancis segera dibatalkan. Orang-orang Eropa yang tersisa dinegara ini disiksa, digorok lehernya, ditancapkan di tombak, dipajang di pantai, sebagai peringatan bagi kaum asing agar tak lagi melangkahkan kaki lebih jauh memasuki Madagaskar.

"Pengawal! Lekas bawa kemari minuman tangena untuk Sekha! Kita akan memulai pengadilan untuknya!" Sang Ratu mengeluarkan perintahnya.

Mendengar keputusan Ratu Ranavalona, tak hanya Sekha saja yang kaget dan membelalakkan mata. Seluruh dayang dan pengawal istana kaget tak menyana. 

Sekha, seorang dayang setia yang telah menghabiskan separuh umurnya mengabdi di istana, hanya berbuat satu kesalahan karena dianggap menentang penguasa dengan berpindah agama, dibalas dengan kehilangan nyawa. 

Pengadilan tangena, sebuah pengadilan dengan hukuman meminum sari bunga tangena, tanaman beracun yang hanya ada di Madagaskar. Hanya beberapa detik setelah tangena memasuki pencernaan, terdakwa akan mengalami kejang-kejang, mulutnya berbuih-buih, matanya melotot, dan akhirnya lepas nyawa dari raga. Entah mengapa, malaikat maut pun menjemput paksa dengan kejam pula, setali tiga uang dengan Ratu Ranavalona.

camp 2023 - day 15 (18 April ) - FAMADIHANA


FAMADIHANA

Anaya dan Ayana, dua gadis kembar suku Malagasi, Madagaskar. Keduanya tengah berunding tentang upacara Famadihana untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal. 

"Ay, aku sungguh tak ada uang untuk Famadihana ayah dan ibu," ucap Anaya.

Pak Abrafo, sang ayah, meninggal tujuh tahun yang lalu, tepat empat puluh hari setelah Bu Abrihet, sang istri, meninggal dunia. Keduanya merupakan pasangan yang penuh romansa dari muda hingga lanjut usia.




Minggu, 16 April 2023

camp 2023 - day 13 (16 April) - Akhir Bhasundara


Akhir Bhasundhara

Lemah Bhasundhara membuka mata. Sakit yang dideritanya tak kunjung pergi. Jantungnya serasa ditusuk-tusuk setiap menjelang matahari terbenam. Saat tengah malam, dadanya seperti dihempas batu besar, membuatnya sesak napas. Dan ketika fajar mulai datang, tubuhnya panas seakan terbakar. 

Amrita, buah hati Bhasundhara dengan Dachen, yang lebih dulu berpulang menuju nirwana, begitu telaten merawat ibunya. Amrita tak tahu sakit macam apa yang diderita sang ibu. Seorang Lama memberitahunya saat ia sedang berdoa di kuil, bahwa ibunya kena guna-guna. 

Amrita meneliti siapa gerangan yang tega melakukan ini pada ibunya. 

"Amrita, kemarilah. Tak usah kau bersedih. Ibu baik-baik saja. Jangan risau. Buanglah semua rasa curiga mu. Ibu tau nak. Kenapa ibu sampai begini. Jika kau ingin tau, maka ibu akan mengatakannya. Tapi berjanjilah, bahwa kau tak akan menaruh dendam pada orang itu."

"Baiklah ibu"

"Nak, selalu ingatlah bahwa dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung. Hormatilah tradisi leluhur, juga masyarakat  kita. Kita ini orang Tibet, yang tak bisa menghindari pemakaman langit sampai kapanpun. Jika kau tak mau dimakamkan seperti tradisi masyarakat kita, kamu bebas untuk pergi kemanapun kau mau."

Ayahmu adalah salah satunya yang menolak sky burial

Celaka

Ibundinguna guna


Sabtu, 15 April 2023

camp 2023 - day 12 (15 April) - Suratku untuk Dunia


Suratku untuk Dunia

Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri saat ayahku dihukum gantung. Tahun 2006 memang sudah lama berlalu. Namun bagiku semuanya masih seperti kemarin. 

Ayahku, orang-orang memanggilnya Saddam Hussein. Dia adalah penguasa Irak yang termasyur di jamannya. Banyak yang memuja, sekaligus membencinya. Namun aku tak peduli dengan penilaian manusia.

Ayah bagiku adalah sosok yang sempurna. Meskipun dia sangat sibuk dengan urusan negara, tapi dia masih menyempatkan diri menemaniku bermain saat aku masih kecil. Ayah juga yang mengantarkanku pergi ke sekolah. Juga yang menanya bagaimana hariku. Apakah aku senang ato ada yang menganggu.

Saat liburan tiba, ayah mengajak semua amggota keluarga naik kapal pesiar pribadi. Kapal ini diberi nama Al Mansur. Kapal ini bukan sekadar kapal pesiar pada umumnya. Ayahku mendesain sendiri detail didalamnya. Kamar tidur berjumlah banyak berjajar berderet rapi. Pemandangan didalamnya tak ubahnya kamar hotel bintang lima. Dihiasi emas dan bantal-bantal empuk berbulu angsa. Kamar mandi dalam nya mewah bak pemandian putri raja. 

Bersambung


Jumat, 14 April 2023

camp 2023 - day 11 (14 April) - Auschwitz


Auschwitz

Gwen Strauss masih duduk di kursi goyang. Rambutnya tak lagi berwarna pirang. Semua tertutup uban. Kulitnya pun tak lagi kencang. Baju khas perempuan jaman dulu ia kenakan. Tak terhitung berapa kali ia mengusap pipinya yang basah. Sudah ratusan kali ia mengucap kata maaf selama berbicara denganku. Bergetar bibirnya saat bagian terpahit dari hidupnya dikisahkan ulang.

Aku mendapat tugas penelitian dari kampus, mewawancarai perempuan yang menjadi saksi hidup era Nazi. Tak banyak yang tersisa. Sebagian besar sudah berkalang tanah. Dan jika masih hidup pun jarang ada yang bersedia menyingkap kembali masa lalunya. Gwenn adalah orang kelima yang bersedia kuwawancara. 

"Helena, aku masih sangat muda saat Adolf Hitler, melalui tentara nya, membuka lowongan pekerjaan dengan gaji dan fasilitas yang bagus. Siapapun pasti akan memilihnya daripada menjadi buruh pabrik. Namun siapa yang mengira kalau program Holocaust yang akan dijalankan akan membunuh jutaan orang." 




Kamis, 13 April 2023

camp 2023 - day 10 (13 April) - Putri Mako


Putri Mako

Cinta adalah pengorbanan. Sepertinya benar kata pepatah. Setiap yang mencinta pasti tak segan melakukan apa saja untuk pasangan yang dipuja. Demikian juga aku. 

Aku tipe wanita yang tak mudah berpindah ke lain hati. Jika rasa sudah tertambat pada satu lelaki, ia akan sulit diajak kompromi. Aku siap menerima dia meskipun langit runtuh menimpa. 

Kulirik sekilas pria disamping yang sebentar lagi resmi menghabiskan 

Rabu, 12 April 2023

camp 2023 - day 9 (12 April) - Abigail


Abigail

Abigail mendekap erat tubuh pangeran Harry. Tak kuasa ia menahan agar air mata tak sampai jatuh membasahi pipi. Anak asuh kesayangannya itu masih delapan tahun. Ia tak akan paham dengan kematian. 

Lady Diana, majikannya, sekaligus ibu dari pangeran Harry, diberitakan meninggal dunia dalam kecelakaan mobil bersama kekasihnya. Abigail tak bisa menahan rasa terkejutnya. Sambil membekap mulutnya, ia pandang malaikat kecil nan polos yang sedang bermain bersamanya. 

Sudah delapan tahun Abigail bekerja mengabdikan dirinya di Buckingham palace, kediaman keluarga kerajaan Inggris. Tugasnya adalah mengasuh pangeran Harry. Sudah seperti anaknya sendiri, putra bungsu pangeran Charles dan lady Diana itu. Ia rawat dengan penuh cinta. 

Lady Diana yang ia kenal adalah seorang penyayang keluarga. Tutur katanya lembut. Suaranya merdu. Belum pernah sekalipun Abigail melihat sang Lady emosi. Jadi wajar, jika berita tentang kekasih gelap yang menghias berbagai media itu membuat Abigail shock, kaget setengah mati. 

"Abi, why are you crying?" Pangeran Harry bertanya ingin tahu kenapa Abigail yang semula riang gembira berubah sendu.

Secepat kilat Abigail menghapus 

Abi





Selasa, 11 April 2023

camp 2023 - day 8 (11 April) - Ratu Sepatu


Ratu Sepatu

Jemma memulai hari dengan pahit. Segera setelah ayah ibunya meninggal dunia karena wabah flu burung, Jemma bekerja sebagai abdi ndalem istana Malacanang. Ia melayani segala kebutuhan ibu negara. 

Senin, 10 April 2023

camp 2023 - day 7 (10 April) - Takdir


TAKDIR

Bun Sen tak henti menitik air mata. Haru menyelimuti jiwa. Bagaimana tidak, hampir lima puluh tahun berpisah, kini ia bisa bertatap muka dengan keluarga. Adik yang sangat disayangi ada di hadapan mata. Seakan tak cukup peluk mewakili rasa. 

1978 tepatnya saat Bun Sen terpisah dari keluarga. Rezim Khmer Merah yang sedang berkuasa memaksanya long march bersama ribuan warga menuju desa. Semua orang dipaksa bekerja bertani dan berladang. Tua, muda, pria, wanita, anak-anak, orang dewasa, semua harus menuruti perintah Sang Penguasa. 

Kilas balik Bun sen muda - mjd romusha - menanam padi yg hasilnay disetor ke pemerintah

Bertahan hidup dgn makan tikus sawah 

Mengira semua keluarga mati karena kekejaman Khmer merah

Anak Bun sen upload di medsos ttg ortu nya 

Bun sen bertemu adiknya 




Minggu, 09 April 2023

camp 2023 - day 6 (9 April) - Shameka


SHAMEKA 

Hidup benar-benar tidak mudah bagi Shameka. Melakukan kesalahan sedikit saja bisa hilang nyawa. Maka kali ini, saat menjadi dayang Sang Ratu Mesir, Cleopatra, ia harus totalitas bekerja. Keluarga baginya hanyalah deretan nama, tiada orang, hanya kenangan. Kepada Raja Marc Anthony dan Ratu Cleopatra, kini dirinya menghamba. 

"Shameka, aku mau mandi. Siapkan air hangat!" Suara Sang Ratu membuyarkan lamunannya.

Tanpa berpikir lama, Shameka segera mengisi bak mandi kayu jati jati yg penuh ukiran disekelilingnya. Air hangat bertabur bunga tujuh rupa siap menyambut Sang Ratu. 

Kehidupan Cleopatra berbalik 180 derajat

Marc Anthony dibunuh Oktavianus, pewaris tahta Julius Caesar

Cleopatra mjd tahanan rumah

Usaha pembunuhan thd Cleopatra

Shameka tetap mendampingi

Hingga sama2 dipatuk ular yg disembunyikan dalam keranjang mangga utk ratu

Sabtu, 08 April 2023

camp 2023 - day 5 (8 April) - Fumiko Sora


Fumiko

Hari ini tepat Fumiko berulang tahun ke lima belas. Buncah bahagia terpancar dari parasnya yang rupawan. Senyum tak sedetikpun hilang dari bibir mungil merahnya. 

Debutnya sebagai seorang geisha pun dimulai. Lima tahun sudah Okaasan (Bahasa Jepang, yang berarti ibu) mempersiapkan putrinya. Dan kini, Fumiko piawai memainkan segalanya. Mulai dari upacara minum teh, menari, memainkan alat musik, dan lainnya. Bahkan untuk berdandan sendiri, Fumiko bisa dibilang ahli di bidangnya. 

Debut Geisha - sukses 

Rival Fumiko - Akiara

Persaingan dengan guna2

Fumiko terjebak 

Fumiko sakit - meninggal dunia

End

Jumat, 07 April 2023

camp 2023 - day 4 (7 April) - Penari Wat Pho


Penari Wat Pho

Purnama mengintip di balik awan hitam. Redupnya menghias kuil Wat Pho di jalan Sanam Chai, Thailand. Gerah udara membuat Aom menguncir rambutnya, diikat hingga ke atas. 

Malam ini adalah hari ke tujuh Aom melakukan persembahan di kuil Buddha berbaring. Ritual khusus ini ia lakukan demi ibunya yang tengah terbaring sakit. Tetua di kampungnya berkata jika ingin ibunya sembuh, Aom harus melakukan persembahan di Wat Pho selama tujuh hari tujuh malam. 

Dan disinilah Aom. Membawa bokor bersepuh emas berisi bunga tujuh rupa sambil mengelilingi Wat Pho, berharap ada titik terang kesembuhan pada ibunya. 

Awan hitam makin berderak menghilang. Kini purnama penuh nampak bulat di angkasa.  Sayup Aom mulai mendengar ada tabuh kruang Don tri Thai, gamelan khas Thailand. 

Kaki Aom bergerak menuju sumber suara. Tepat di belakang kuil, seorang perempuan cantik dengan busana khas Thailand sedang menari dengan anggunnya. Jemari lentik dengan kuku yang dihias memanjang mengatup dan membuka bergantian. Lenggak lenggok tubuhnya gemulai  mengikuti tabuhan. 

Aom terpaku ditempatnya. Betapa indah tarian itu. Takjub, hanya itu kata yang bisa menggambarkan raut wajah ayunya. Baru kali ini Aom bertemu penari sehebat itu. 

Orang-orang yang berkerumun di belakang kuil pemujaan satu persatu undur diri. Juga para biksu. Aom pun baru tahu kalau ternyata biksu juga mengikuti ritual sesembahan macam itu. 

Saat Aom berbalik langkah, tiba-tiba seorang biksu tua menepuk pundaknya. Ia berkata, "Pulanglah nak. Biarkan ibumu beristirahat dengan tenang. Ini adalah salah satu karma yang dia harus lewati di kehidupan ini." 

"Kenapa dengan ibuku, Bapa?" Penasaran Aom bertanya.

"Dua puluh lima tahun yang lalu, ibumu telah berbuat dosa. Ia sedang menebus dosa-dosanya. Sudahlah. Pulang. Jangan biarkan ibumu sendiri. Dampingilah ia di sisa usianya."

Aom pulang - merawat ibu nya - bercerita apa kata biksu

Ibunya bercerita - dulu ia penari Wat Pho - sukses dengan cara meracuni rivalnya

Sebelum mati - rival ibunya mengutuk bahwa ia akan meninggal dengan proses yang menyakitkan

Kutukan bisa dihentikan jika bersujud dibawah kakinya

Rival sdh meninggal - punya anak

Aom diberi misi mencari anak rivalnya - minta maaf

Ibu Aom bisa mati dengan tenang




Bersambung

Kamis, 06 April 2023

camp 2023 - day 3 (6 April) - Sang Ratu


SANG RATU

Hari ini adalah hari pertama Adeline menjejak istana Versailles. Belum pernah sekalipun ia bermimpi akan menjadi dayang putri mahkota Perancis, Marie Antoinette, seorang putri jelita asal Austria. 

Adeline terlihat gugup saat menyisir rambut sang putri. Khawatir jika terlalu keras, sang putri murka. Dan jika saat itu tiba, maka nyawa pun tak lagi berharga.

"Tenanglah. Tidak usah gugup seperti itu. Saat tidak ada orang lain, anggap saja aku ini temanmu. Siapa namamu?" Putri Marie Antoinette membuka percakapan. 

"Hamba Adeline, tuan putri. Maafkan saya, ini hari pertama saya bekerja." Adeline setengah mencicit.

"Ini juga hari pertamaku di Versailles. Jadi, karena kita sama-sama memulai hidup baru, mari kita berteman." 

Putri Marie berkulit putih bersih. Wajahnya semu kemerahan. Rambut coklatnya ikal, panjang, dan halus. Jemarinya lentik. Kukunya semua terawat dengan baik.  Tinggi semampai. Bodinya pun aduhai. Benar-benar seorang putri jelita yang layak dipuja.

Demikianlah putri Marie saat dia pertama kali datang di Perancis, menjadi menantu kebanggaan raja Louis IV. Dielu-elukan sepanjang jalan dari Austria hingga Perancis.

Istana Versailles bisa dikata adalah lambang kemewahan yang sesungguhnya. Langit-langit nya berhias lukisan indah. Dindingnya batu pualam, lantainya marmer. Rancang bangun yang kokoh. Tak akan lekang oleh jaman.

Kemewahan juga menghiasi hari-hari putri Marie, tentu saja bersama Adeline. 


 - kemewahan pula utk Adeline - makanan - pakaian - perhiasan dll

Selama 35 tahun Adeline  melayani Marie - hingga meletus lah revolusi Perancis 

Marie dihukum pancung di guillotine
- Adeline melarikan diri - mencuri menimbun sedikit demi sedikit 

Adeline hidup berkecukupan setelah keluarga raja Perancis dibabat habis

Napoleon Bonaparte berkuasa - Adeline di proses persidangan 

Adeline dijatuhi hukuman penjara seumur hidup

Camp 2023 - Day 2 (5 April) - Sisi Gelap

Sisi Gelap

Liu Liu baru saja tiba. Keringat membasahi parasnya yang ayu bak putri raja. Meskipun lelah raga, namun berulang ia hela nafas lega. Sekeranjang rebung yang didapat, siap menemani keluarganya dalam bersantap. Bahkan bisa berhari-hari. Beruntung ia dilahirkan di Longjin, sebuah desa di pedalaman Hanzhou, Tiongkok. Desa yang mendapat warisan surga, begitu orang berkata. Semua serba ada. 

"Liu Liu cepat bawa rebung itu kemari"! Suara Mama memecah hening.

Tanpa menunggu lama, Liu Liu segera mengangkat rebung-rebung ke dapur. 

Di dapur ternyata Mama sudah siap dengan racikan bumbu. 

"Hari ini rebungnya dimasak apa, Ma? Aku cuci dulu ya. Dipotong bulat ato memanjang?"

"Terserah mau bulat, panjang, ato kotak. Yang penting cepat selesai. Cukup yang mau dimasak saja. Yang lainnya kita proses nanti. Sebentar lagi Ba ba datang. (Mandarin: Ba ba = ayah)"

Lima menit berlalu. Ma ma sudah mengiris semua bumbu. Liu Liu siap memasukkan potongan rebung ketika Ba ba tergopoh-gopoh masuk rumah.

"Liu Liu, cepat sembunyi! Selamatkan dirimu! Tentara Kaisar Hongwu akan menuju kemari. Mereka telah sampai di perbatasan desa. Cepatlah!" 

"Ba ba, ada apa kenapa aku harus sembunyi. Aku tetap disini saja. Aku tak mau meninggalkan Ma ma dan Ba ba." 

"Jangan, Nak! Sembunyilah di tempat rahasia keluarga kita. Lekas bergegas! Banker itu aman. Hutan bambu yang rapat, akan melindungi mu. Cepat!"

Liu Liu segera berlari. Dikejauhan dia mendengar teriakan-teriakan. Mungkin itu tentara Kaisar. Setengah jongkok ia terus berlari. Hutan belakang rumah, sangat ia kenal seluk-beluk nya. Bahkan rumput pun dia hafal dimana dan bagaimana posisi awalnya. Rimbunan pohon bambu dan semak belukar menyambut kedatangan Liu Liu di banker keluarga. 

"Pak Liu Zhong, aku mendengar kau punya putri yang cantik. Cepat bawa kemari. Ini perintah kaisar!"

"Ampun, Tuan. Sejak pagi dia pergi ke pasar dan belum kembali. Tolong jangan bawa dia. Dia anakku satu-satunya. Kaisar sudah punya banyak selir, bukan? Kenapa masih mencari anakku?"

"Jangan banyak bicara! Kaisar butuh selir agar bisa memerintah negeri ini dengan baik. Perintah kaisar adalah perintah langit. Kamu mau menolak? Atau mau kuseret menghadap kaisar?"

Ba ba langsung lemas. Ma ma apalagi. Siapapun tak ingin jadi selir kaisar. Masih hangat dalam ingatan berita yang kemarin beredar dari mulut ke mulut. Di pasar, di warung, juga di jalan masuk desa. Bahwa selir kaisar ada 9.000 jumlahnya. Dan saat ada yang berani melarikan diri, maka hukuman mati menanti. Semua perempuan itu diikat kakinya di penjara emas, tak bisa bebas. Kaki yang jenjang dan halus itu lambat laun tertatih-tatih jika berjalan, karena tak biasa digerakkan. Dan jika Kaisar sedang ingin, maka para pengawal akan membawa wanita itu dengan tandu dalam keadaan tanpa sehelai benang. Sungguh mengerikan. 

 

Selasa, 04 April 2023

Camp 2023 - Day 1 (4 April) - Maria Karimov

Maria Karimov

"Lekas Maria! Cepat lepas kerudungmu!" Setengah berteriak Mama mengingatkanku.

"Iya, Ma. Baik. Aku tidak lupa. Sebentar aku pakai sepatu dulu." balasku sambil berusaha tetap tenang.

Hari ini Mama mengajakku ke pasar. Kebutuhan dapur telah menipis. Stok bahan pangan kian hari kian sulit. Pemerintah membatasi jatah bantuan karena cuaca buruk. Salju longsor menutup beberapa ruas jalan Ibnu Sina. Bahan makanan tak bisa terkirim tepat waktu.

Musim dingin tahun ini begitu menggigit. Gemeretuk gigiku beradu menahan angin. Baju tebal sudah berlapis-lapis, namun tak juga mampu mengusir beku.  

Mama dan aku berangkat ke pasar yang tak jauh dari rumah. Erat Mama memegang lenganku seakan tak mau aku jauh. Disana sini tentara merah mengawasi. Mata elangnya sangat jeli memeriksa satu persatu manusia yang lalu lalang. Siapapun yang melanggar aturan langsung dibawa, diseret tanpa ampun.

Mungkin benar apa yang dikhawatirkan Mama. Kemarin, salah satu tetanggaku pulang tinggal nama, hilang entah kemana. Ayahnya hanya mengingat saat terakhir anaknya memakai tutup kepala putih, khas orang berhaji. Ameer, pastilah ditangkap tentara berbaju doreng dan berbaret merah itu. Mungkin dia lupa melepas atribut keislamannya saat keluar rumah.

Hidup di negeri ini, dengan berpegang teguh pada keyakinan Islam, sangat riskan. Sejak tentara Rusia datang, semua aturan diubah. Tak hanya hukum negara, bahkan hukum agama pun dibuatnya habis tak bersisa. Perlahan, kami dijauhkan dari agama. Bahkan identitas keislaman seperti hijab dan simbol lainnya. Menggunakan atribut keagamaan adalah hal terlarang.

Keluargaku menganut agama Islam sejak jaman nenek moyang. Sendi-sendi dasar keislaman telah berakar kuat dalam masyarakat di setiap lini kehidupan. Bahkan di kota kelahiranku, Samarkhand, terkenal sebagai pusat kebudayaan Islam. Namun kini, semua tinggal cerita masa lalu yang makin lama tak dipedulikan lagi. I

"Maria cepat jalanmu, jangan melamun!" Mama berbisik keras di sampingku.

Sampailah kami di perempatan pasar. Belanjaan kami sudah menumpuk di kerangjang. Mama dan aku siap pulang. 

"Berhenti!"

Deg. Jantungku serasa copot mendengar teriakan itu. Seketika kami menghentikan langkah. Aku sangat ketakutan. Mama semakin erat mencengkeram lenganku. 

"Baju coklat, berhenti! Dua perempuan baju coklat dan abu-abu, berhenti!"

Seketika mataku melihat warna baju mama dan bajuku. Mama memakai sweater coklat. Aku memakai hoodie abu-abu. Jadi, yang dipanggil itu kami. Ya Tuhan lindungilah kami.

"Wanita baju coklat, keluarkan tanganmu dari dalam saku! Baju abu minggir!"

"Tuan, mau kau apakan Mamaku?"
cericitku ketakutan. 

Mama memandang tajam tentara berbaret merah itu, sambil mengeluarkan tangannya dari saku baju. Pandangan matanya mengisyaratkan kebencian. Aku belum pernah melihat Mama dalam kondisi seperti ini.

Aku penasaran apa yang akan dilakukan tentara itu. Namun kulihat Mama mengeluarkan tangan yang salah satu jemarinya dilingkari alat penghitung dzikir. Ya Tuhan...

"Mamaaa.... Mamaaa.." aku menangis segera membayangkan apa yang akan terjadi.

Brakkkk!!! Keranjang belanjaan yang dibawa Mama dilempar. Dan Mama langsung digelandang pergi. Tak hanya satu, tentara itu segera memberitahu yang lain untuk segera membawa Mama pergi. 

"Maria, jangan takut. Kita di jalan yang benar. Allah yang akan menolong Mama. Pulanglah. Doakan Mama. Lekas pulang!"

"Mamaaaaaa....." 

Bagaimana aku bisa pulang, jika di rumah tidak ada dirimu? Bagaimana nanti aku akan melewatkan hari-hari ku tanpa kehadiranmu? Mama adalah separuh nyawaku.